05/08/12

Cara Memproduksi Ikan Cupang Jantan yang Banyak


Seperti mahluk hidup lainnya, secara alami jenis kelamin ikan sudah ditentukan pada saat pembuahan telur terjadi. Namun demikian,pada ikan terdapat suatu fase yang labil dimana jenis kelamin masih bisa diarahkan menjadi betina atau jantan. Jenis kelamin yang diinginkan berhubungan dengan adanya perbedaan karakter atau sifat antara ikan jantan dan betina. Perbedaaan karakter tersebut dapat berupa kecepatan tumbuh dan penampilan tubuh seperti warna dan panjang sirip ikan. Perbedaan karakter tersebut biasanya berhubungan dengan aspek ekonomi sehingga akan lebih menguntungkan apabila memelihara ikan dengan satu jenis kelamin yang menguntungkan tersebut.

Tehnik pengarahan jenis kelamin ini dikenal dengan istilah sex reversal. Tehnik sex reversal sudah berhasil diaplikasikan kebeberapa jenis ikan seperti ikan mas dan beberapa jenis ikan hias seperti ikan cupang,kongo tetra dan ikan gapi.

Pengarahan jenis kelamin ikan cupang kearah jantan dilakukan dengan menggunakan hormon androgen 17 α-methyltestosteron. Dosis hormon yang digunakan adalah 20 mg/l air perendaman. Pembuatan larutan hormon 20 mg/l dilakukan dengan cara melarutkan hormon sebanyak 20 mg,kemudian dilaritkan dalam 1 ml alkohol 70%,dan selanjutnya dimasukkan kedalam air yang akan dipakai merendam sebanyak 1 liter. Air yang telah diberi hormon diaerasi beberapa saat sebelum dilakukan perendaman. Hal ini dilakukan untuk meratakan hormon dalam air dan membantu penguapan alkohol.

Perendaman dalam larutan hormon dilakukan terhadap telur (embrio) fase bintik mata yang terjadi sekitar 30 jam setelah pemijahan. Banyaknya telur yang direndam dalam setiap liter air berhormon berkisar antara 3000-5000 butir. Wadah yang digunakan untuk perendaman sebaiknya yang memiliki dasar yang lebar agar pemanfaatan hormon dalam air semaksimal mungkin. Untuk memudahkan pengambilan telur-telur setelah diberi perlakuan hormon,telur-telur tersebut bisa dimasukkan kedalam saringan teh yang halus sebelum dimasukkan kedalam wadah perendaman. Lama perendaman untuk ikan cupang adalah 8 jam.

Penanganan larva ikan hasil perlakuan hormon dilakukan seperti pada larva yang tidak diberi perlakuan. Perkembangan ikan perlakuan juga sama seperti dengan ikan biasa.

Ikan Cupang (Betta splendens)


 

Ikan cupang atau ikan betta yang banyak diminati adalah ikan jantannya,karena keindahan warna badan dan sirip-sirip,serta tingkah lakunya yang agresif. Harga ikan jantan pun jauh lebih mahal dengan ikan betinanya. Oleh karena itu,secara ekonomis,lebih menguntungkan memelihara ikan cupang jantan. Dengan demikian diperlukan suatu tehnik yang dapat digunakan untuk menghasilkan ikan cupang jantan yang banyak atau semuanya jantan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan teknik seks reversal menggunakan hormon yang akan dijelaskan lebih lanjut.

Selain perbedaan harga cupang diakibatkan oleh perbedaan jenis kelamin,juga diakibatkan oleh perbedaan strain/varietas,seperti ikan cupang strain merah (cupang api) jauh lebih mahal  harganya dibandingkan dengan ikan cupang lokal yang berwarna merah-biru. Namun demikian ternyata harga ikan cupang api yang mahal tersebut berhubungan dengan relatif lebih sulit memelihara atau memijahkannya dari pada ikan lokal.

Deskripsi Ikan Cupang
Ikan cupang merupakan salah satu ikan hias yang mempunyai alat pernapasan tambahan berupa labirin. Dengan bantuan alat tersebut,ikan ini dapat mengambil oksigen langsung dari udara. Dengan demikian dalam pemeliharaan ikan cupang,aerasi tidak harus dipasang sehingga dapat menghemat penggunaan listrik dan sarana sistem aerasi.

Daya tarik lain dari ikan cupang adalah keindahan warna dan sirip-siripnya,terutama ikan cupang jantan. Ikan ini juga senang berkelahi terhadap sesamanya sehingga dijuluki “fighting fish”,tetapi bersikap toleran terhadap ikan jenis lain. Toleransi ikan cupang terhadap temperatur berkisar antara 24-29 oC. Pertumbuhannya ikan cupang relatif cepat sehingga masa pembesarannya tidak terlalu lama ke waktu penjualannya.

Pemeliharaan Induk
Pemeliharaan induk ikan cupang dilakukan secara terpisah antar ikan jantan dan betinya,dan juga antar ikan jantan. Pemisahan antar ikan jantan dimaksudkan agar tidak saling berkelahi yang dapat merusak kondisi induk atau bahkan mati. Pemeliharaan induk jantan ini dilakukan dibotol-botol air minum bekas atau dalam akuarium kecil berukuran  cm,sedangkan induk betina dipelihara secara massal atau bersama-sama didalam akuarium atau bak yang lebih besar,berukuran  cm atau  cm.
Selama pemeliharaan,induk ikan cupang diberi makan “chu merah” (larva Chironomus) hidup atau beku,atau dengan jentik nyamuk,dengan frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari.

Pemijahan
Induk betina yang sudah matang gonad ditandai dengan perut yang genduk dan agak transparan sehingga telur nampak di dalam perut. Sedangkan induk jantan biasanya selalu siap untuk dipijahkan atau dapat matang gonad setiap saat. Pemijahan ikan cupang dilakukan secara alami dan berpasangan di dalam akuarium berukuran  cm. Yang pertama dimasukkan kedalam akuarium adalah induk jantan,sementara induk betina dimasukkan dahulu ke dalam botol air minum bekas atau kantong plastik dan selanjutnya dimasukkan kedalam akuarium tempat ikan jantan. 

Pemisahan ini dimaksudkan agar induk jantan terangsang untuk membuat busa atau agar induk betina tidak menggangu induk jantan membuat sarang busa. Ke dalam akuarium pemijahan juga dimasukkan selembar daun eceng gondok sebagai tempat menempelkan busa dari ikan jantan sehingga busanya tidak berantakan.

Setelah induk jantan membuat busa dan induk betina memperlihatkan tanda-tanda siap memijah (ikan betina berenang didalam botol mengikuti arah gerakan ikan jantan),induk betina dicampurkan dengan jantannya. Bila kedua induk benar-benar siap memijah,akan memijah beberapa saat setelah dicampur. Namun bila ikan tidak memijah pada hari pertama,biarkan hingga hari ketiga. Kemudian,kalau ikan tetap tidak memijah,pisahkan terlebih dahulu dan pelihara kembali.

Penetasan Telur dan Pemeliharaan Larva/Benih
Penanganan telur ikan cupang hasil pemijahan ada dua macam,yaitu telur-telur tersebut diasuh oleh induk jantan dan tidak diasuh atau telur dibiarkan menetas sendiri. Kedua cara tersebut tidak memberikan hasil (jumlah telur yang menetas) yang berbeda. Tetapi,cara membiarkan telur menetas sendiri lebih aman dari pemangsaaan induk jantan yang tidak mau mengasuh dan induk jantan tersebut dapat cepat pulih dan matang gonad sehingga bisa dikawinkan lagi.

Bila dipilih cara kedua,maka kedua induk dari pasangan ikan yang sudah memijah diangkat dan dimasukkan kedalam wadah pemeliharaan semula. Induk (terutana induk betina) yang selesai memijah biasanya mengalami luka-luka dibadannya sehingga perlu diobati atau mencegah adanya serangan penyakit dengan memberikan Methylene Blue sebanyak 2 mg/l air wadah pemeliharaan. Apabila tersedia antibiotik seperti oksitetrasiklin atau kanamisin,terkadang juga perlu ditambahkan kedalam wadah pemeliharaan induk untuk mencegah serangan bakteri.

Ke dalam akuarium yang berisi telur ditambahkan larutan Methylene Blue 0,5 mg/l air akuarium untuk mencegah seranmgan jamur. Jumlah telur yang dihasilkan oleh seekor induk betina (tergantung kualitas dan besanya induk) berkisar antara 1000-2000 butir. Telur ikian cupang akan menetas 24-48 jam setelah pemijahan (suhu air 25-27 0C).

Pada saat cadangan makanan larva berupa kuning telur (yolk sack) akan habis,biasanya pada hari ketiga setelah menetas,larva diberi makan suspensi kuning telur ayam rebus atau dengan infusoria (sebangsa protozoa). Setelah benih ikan bertambah besar,pakan yang diberikan berupa naupli Artemia sampai ikan dapat  memakan cacing rambut atau kutu air.

Penjarangan kepadatan ikan atau pemindahan ke wadah yang lebih besar perlu dilakukan apabila pada wadah pertama terlalu padat. Hal ini dimaksudkan agar pertumbuhan ikan tidak terhambat. Kegiatan ini biasanya dilakukan setelah ikan berumur satu bulan. Sedangkan setelah ikan berumur 2 bulan,perlu dilakukan penyortiran jenis kelamin untuk mencegah ikan-ikan jantan berkelahi,dan setiap ikan jantan hasil seleksi tersebut dimasukkan kedalam wadah yang terpisah. Wadah ikan jantan dapat berupa potongan botol-botol air minum bekas. Pemberian pakan tetap dilakukan tiga kali sehari. Dan untuk menjaga kualitas air,dilakukan penyiphonan kotoran ikan dan selanjutnya air diganti 1/3 bagian volume air wadah.

01/08/12

Cara Budidaya Ikan Koi

Ikan Koi termasuk ke dalam golongan ikan carp (karper). Harga Koi sangat ditentukan berdasarkan bentuk badan dan kualitas tampilan warna. Ikan koi pertama kali dikenal pada dinasti Chin tahun 265 dan 316 Masehi. Koi dengan keindahan warna dan tingkah laku seperti yang kita ketahui saat ini, mulai dikembangkan di Jepang 200 tahun yang lalu di pegunungan Niigata oleh petani Yamakoshi.


Pemuliaan yang dilakukan bertahun-tahun menghasilkan garis keturunan yang menjadi standar penilaian koi. Beberapa varietas yang tersebar ke seluruh dunia digolongkan Asosiasi Koi Jepang (en Nippon Airinkai) menjadi 13 kelompok antara lain: Bekko, Utsurinomo, Asagi-Shusui, Goromo, Kawarimono, Ogon dan Hikari-moyomono. Sedangkan 5 golongan utama yaitu Kohaku, Sanke, Showa, Hirarinuji dan Kawarigoi.
Taksonomi koi adalah sebagai berikut:

Philum : Chordata
Kelas : Actinopterygii
Ordo : Cyprinoformes
Famili : Cyprinidae
Genus : Cyprinus
Spesies: Carpio

Nilai koi tergantung dari ukuran, bentuk serta keseimbangan pola dan intensitas warna kulit. Koi terbaik adalah yang memiliki intensitas, keseimbangan dan kejernihan warna terbaik. Membeli koi kecil sebaiknya dipilih yang memiliki kepala terbesar, biasanya akan tumbuh menjadi ikan dengan tubuh besar. Bentuk yang paling baik adalah seperti “torpedo”.


1. Pemilihan lokasi & konstruksi wadah

Ikan koi secara alami hidup di air deras sehingga membutuhkan air jernih dan berkadar oksigen tinggi. Pemeliharaan ikan koi yang terbaik adalah di kolam sehingga mudah mendapatkan makanan alami dan sinar matahari untuk merangsang pewarnaan tubuh. Kolam sebagian dinaungai karena sinar matahari yang terlalu banyak menyebabkan suhu air kolam meningkat dan air kolam menjadi keruh akibat blooming fitoplankton.
Koi berukuran kecil dapat ditempatkan di akuarium, walaupun ini tidak dapat menjadi habitat permanen. Bila dipelihara dalam kelompok, koi akan belajar untuk tidak mengganggu ikan yang berukuran sama, tetapi memakan ikan yang lebih kecil. Koi suka menggali dasar kolam sehingga menyebabkan akar tanaman rusak.

2. Teknik Budidaya

2.1 Kualitas Air
Air merupakan media hidup dan mempengaruhi kualitas tampilan ikan koi sehingga perlu mendapat perhatian. Kualitas air untuk mendukung perkembangan koi secara optimum adalah sebagai berikut:
suhu air berkisar 24-26oC,
pH 7,2-7,4 (agak basa),
oksigen minimal 3-5 ppm,
CO2 max 10 ppm,
nitrit max 0,2.
Air yang digunakan harus terdeklorinisasi atau sudah disaring dan diendapkan 24 jam. Air yang digunakan untuk pemijahan dan penetasan telur sebaiknya memiliki kandungan oksigen dan suhu yang stabil. Untuk menjamin tersedianya oksigen dapat digunakan aerator, sedangkan suhu pada bak pemijahan diusahakan sama dengan suhu air kolam dengan tingkat perbedaan (fluktuasi) kurang dari 5oC.



2.2. Pakan
Koi adalah bottom feeder (pemakan di dasar) dan omnivora (pemakan segala). Meski demikian ia biasa makan apa saja yang bisa dimakan, seperti pucuk daun, atau berburu cacing di dasar sungai. Maka inilah guna dari sungut yang ada pada mulut ikan. Pakan buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun, dll) dan bahan hewani (seperti; tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan dll) serta multivitamin dan mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan.

Kualitas pakan sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin. Para pembudidaya saat ini tidak perlu lagi menyiapkan pakan sendiri karena sudah tersedia di pasaran pakan koi yang sudah di formulasi sesuai dengan kebutuhan nutrisi dan zat untuk pembentukan warna ikan koi.

Pakan alami atau pakan hidup misalnya cacing darah, cacing tanah, daphnia, cacing tubifex cocok diberikan pada benih koi (hingga bobot 50 g/ekor) karena lebih mudah dicerna oleh benih sesuai dengan kondisi sistem pencernaan, selain itu koi juga dapat memakan phitoplankton dalam kolam. 

Jumlah pakan diberikan berdasarkan jumlah ikan (bobot biomassa) dalam kolam dengan kisaran kebutuhan 3-5 % per-hari, dengan frekuensi pemberian 2-3 kali per-hari hal ini juga disesuaikan dengan kondisi ikan dan media air pemeliharaannya.

Menurut pengalaman dan penelitian bertahun – tahun, ditemukanlan bahan – bahan aktif yang dapat ditambahkan untuk membuat warna koi lebih cemerlang. Koi yang dipelihara di kolam Lumpur ternyata memiliki kualitas warna yang lebih cemerlang dibandingkan dengan yang dipelihara di kolam tembok. Ternyata ikan koi tersebut banyak menyantap ganggang yang memang  tumbuh di Lumpur. Ganggang yang dimakan koi mengandung banyak zat karoten. Maka kalau anda ingin menambah warna ikan lebih cemerlang beri makan “krill”, paprika, dan daun marigold, semuanya dapat anda campurkan dalam makanannya. Banyak makanan sumber karoten ini sudah dalam bentuk extract sehingga mudah dicampurkan dengan pellet atau roti.


2.3. Pembenihan
Kolam pemijahan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri.Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempurna.

Luas kolam pemijahan bervariasi. Untuk kolam sempit dapat menggunakan kolam seluas 3-6 m2 dengan kedalaman 0,5 m. Lokasi kolam cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang peliharaan lain.

Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Kalau kolam bulat, diameternya antara 1,5-2 m.
Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk menumbuhkan pakan alami yang dipakai untuk lmensuplai pakan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6-10 m2, cukup memadai.

Bagi yang memiliki uang cukup, dinding kolam bisa dilapis vinil yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan vinil, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen bisa dihilangkan.

Induk yang baik adalah yang memiliki pola warna bervariasi yang cerah simetris dengan bentuk tubuh seperti terpedo dengan berat badan minimal 1 kg. Kebanyakan pembudidaya memilih untuk membeli koi berkualitas baik untuk calon induk dengan ukuran 5-8 cm yang harganya murah untuk dibesarkan menjadi induk.
Secara alami, carp memijah pada musim semi dan menjadi matang gonad dengan menaikkan suhu air. Induk jantan dan betina ditempatkan dalam wadah terpisah (untuk menghindari bertelur yang tidak diinginkan) dan tidak diberi pakan selama beberapa hari.

Koi dapat memijah secara alami dan buatan yaitu dengan rangsangan hormon yang disuntikkan pada tubuh induk betina untuk mempercepat proses pembuahan. Penyuntikan Pituitary Gland (PG, nama dagang ovaprim) dengan dosis 0,2 mg/kg bobot ikan untuk satu kali penyuntikan.

Ovulasi akan terjadi 10 jam setelah penyuntikan. Sistem pemijahan tanpa pengurutan/stripping ini disebut pemijahan semi alami yang lebih aman karena tanpa melukai ikan. Bila ikan sulit melakukan pemijahan alami sehingga perlu bantuan proses pembuahan buatan, maka dilakukan pengurutan telur dan sperma (stripping) yang merupakan pilihan terakhir.

Induk betina dalam sekali pemijahan dapat menghasilkan 75.000 telur/kg berat badan. Perbandingan jumlah induk dalam proses pemijahan adalah 2 betina dan 1 jantan. Biasanya telur yang dikelurkan oleh induk betina menempel pada substrat (injuk) yang segera dibuahi oleh sperma jantan. Setelah telur dibuahi sebaiknya dipisahkan dari induk, dengan memindahkan induk dari wadah pemijahan atau sebaliknya telur yang diangkat dan dipindahkan kedalam wadah penetasan.


2.4. Pendederan
Telur yang sudah dibuahi akan menetas setelah 24-48 jam tergantung suhu. Selama penetasan, kepadatan telur adalah 1 kg per 5 liter air. Larva yang baru menetas belum memerlukan pakan selama 3-4 hari, karena masih mempunyai kantong kuning telur.

Menjelang kuning telur habis, perlu diberikan pakan alami berupa naupli artemia atau pakan alami lainnya yang seukuran. Kemudian secara bertahap dapat diberikan pakan buatan berupa butiran kering(pellet). Dalam 5 hari sesudahnya 1 juta larva memerlukan 7 kg artemia, atau sekitar 0,5-2 kg per hari. Pada tahap ini larva ditebar pada kepadatan 20-40 larva/liter. Untuk menghasilkan 1 juta fingerling memerlukan sekitar 25kg telur artemia. Sintasan selama 9 hari adalah 50-80%. Ikan yang seberat 10 mg dapat dijual seharga US$ 0,25 atau sekitar Rp. 2.500,-.

Larva yang berbobot 0,25 g diberikan pakan buatan (butiran) kering dan dapat didederkan ke kolam hingga ukuran fingerling (2 gram). Pendederan terbagi atas 2 tahap yaitu pendederan I selama 2 bulan pemeliharaan hingga larva mencapai ukuran fingerling (2-3 cm). Pendederan II dilakukan dalam kolam yang diolah untuk menumbuhkan pakan alami dan dilakukan seleksi dan penjarangan (mengurangi kepadatan). Penjarangan bertujuan untuk memberi ruang gerak yang cukup bagi ikan koi. Seleksi bertujuan untuk mendapatkan ikan Koi berkualitas baik.

Waktu yang diperlukan dari telur hingga mencapai ukuran fingerling (2 gram) adalah 6-8 minggu dengan nilai sintasan (SR) 55%. Sedangkan untuk mencapai ukuran 5-8 cm diperlukan waktu 4 bulan. Kualitas ikan koi (pola dan warna) bergantung dari tetuanya. Dari hasil seleksi ukuran fingerling, yang afkir mencapai 25-50%. Dari 1 juta telur dapat dihasilkan 225.000-338.000 ekor fingerling berkualitas baik (22–33 %).


2.5. Pewarnaan
Kualitas koi ditentukan oleh pola warna, kesesuaian jenis koi dan kejelasan warna. Pola warna yang simetris dengan batasan jelas antar warna menunjukkan kualitas yang baik.

Genotip menentukan jumlah dan jenis sel pigmen serta kromatofora. Kromatofora menghasilkan warna juga dipengaruhi otak ikan. Ikan pada wadah gelap cenderung berwarna gelap, begitu pula sebaliknya. Warna dapat berubah bila ikan mengalami tekanan (stres). Biasanya ikan yang tumbuh lambat mempunyai warna yang lebih baik daripada ikan yang tumbuh cepat karena pigmen bisa diubah dan digunakan untuk pertumbuhan tubuh. Seumur hidupnya, ikan koi dapat menyimpan dan menggunakan pigmen. Koi muda yang berwarna pucat apabila diberikan pakan berpigmen selama 6 minggu sebelum dipasarkan akan berwarna menarik. Intensitas warna tergantung dari jumlah pigmen dalam kromatofora. Pigmen dapat muncul dengan adanya karotenoid dalam pakan.


2.6. Pra Panen
Koi tumbuh sekitar 2 cm per bulan dan pada usia 60 tahun dapat mencapai panjang hingga 1 m. Bila ikan Koi telah mencapai ukuran pasar yaitu 20 cm dapat dipanen dan dilakukan seleksi akhir, dengan memisah-misahkan jenis, ukuran dan pola warna tubuhnya. Dari hasil seleksi ini, Koi yang terpilih dibesarkan di dalam bak atau kolam semen sambil menunggu harga pasar yang baik.

Dalam penampungan akhir ini, ikan dapat diperbaiki bentuknya, jika terlalu gemuk dibuat langsing atau yang terlalu kurus dibuat lebih gemuk. Pemeliharaan berikutnya diusahakan tidak terlalu padat, akan lebih baik jika dalam bak dilengkapi aerator sehingga kesegaran air terjamin dan dengan pemberian pakan yang baik dapat meningkatkan kualitas warna tubuh ikan Koi.