Home > Jenis IKan > Budidaya Koi
Budidaya Koi
Posted on 07/06/12 by AQUARIS (Ikan Hias Aceh)
Memilih Koi
1. Tips Membeli Koi
Ketika kita akan membeli koi yang pertama harus diperhatikan adalah tempat/sarana penjual tersebut,apakah mereka menggunakan system filtrasi yang benar? uji penjual dengan memberi pertanyaan mengenai teknik karantina,jenis/varietas koi,kelebihan dan kekurangan koi yang mereka tawarkan.kalo koi yang mereka tawarkan memperlihatkan gejala kurang sehat,jangan ambil resiko untuk membeli. Banyak penjual koi yang belum memahami teknik karantina,pengobatan,dan memahami jenis/varietas koi.megapa kita harus teliti? kalo ikan yang kita beli berumur pendek atau hanya untuk menularkan penyakit,buat apa kita buang2 waktu dan uang?
2. Kualitas Koi
Kualitas koi sesungguhnya sulit dilukiskan dengan kata-kata. Kualitas yang tinggi merupakan perpaduan antara warna-warna putih, merah, hitam, dan bentuk badan secara keseluruhan. Suatu kecen-derungan untuk menilai koi lebih yang besar, tanpa melepaskan kriteria warna badannya, adalah sangat penting.
Kualitas koi identik dengan setiap poin yang berlaku di dalam penjurian perlombaan koi. Bentuk badannya, warnanya, pola warna, dan keanggunan-nya sangat erat hubungannya dengan kualitas koi. Mendapatkan kualitas yang bagus adalah suatu hal yang sangat kita harapkan. Dan pastilah koi demi-kian akan mendapatkan nilai yang tinggi apabila diikutkan dalam perlombaan. Adalah salah besar apabila kita Selama ini hanya menganggap bahwa nilai seekor koi hanya ditentukan oleh pola warna badannya ataupun dari besarnya saja.
Dengan mengetahui kualitas koi, kita bisa mem-perkirakan harganya. Artinya, Jika koi yang hendak kita beli benar-benar bagus, tidak salah apabila kita harus mengeluarkan uang hingga jutaan rupiah. Nilai sebesar itu tentu tidak untuk seekor koi yang rendah kualitasnya. Jangan lagi kita menjadi korban i dari keisengan pedagang yang menawarkan seekor i ikan mas lauk yang sekalipun besar dan bentuk ba-dannya bagus, dengan harga seekor koi. Atau Sebaliknya, Jangan sampai kita bertahan dengan harga yang rendah ketika nienawar seekor koi berkualitas prima. Karena hal ini sebenarnya hanya akan mene-lanjangi kita, karena kebodohan kita akan terlihat > oleh para pedagang. Jika pedagang menghadapi penv beli yang tidak mengerti, mereka malah akan mengerjai atau bahkan segan melayani pembeli berkon-sultasi.
1. Pola Warna Koi
Semua tanda-tanda dalam tubuh koi haruslah seimbang. Bagian putih pada mulut dan bagian ekor paling penting. Kepala yang membentuk huruf seharusnya ideal, tapi yang berbentuk unik yang sering dibutuhkan. Dua bagian yang menjadi pusat penilaian adalah bagian kepala dan bahunya dan daerah ekor. Daerah kepala dan punggung jauh lebih penting dibandingkan daerah ekor. Warna merah pada kepala harus lebar dan tegas. Garis putih pada leher sangat diharapkan sekali pada seekor Kohaku. Pada daerah ekor yang sangat diharapkan adalah warna putih yang bersih, tidak kehitam-hitaman. Pola warna yang keiihatan berat pada daerah ini sungguh tidak diharapkan. Warna merah yang buram misalnya, sangat tidak diharapkan hadir pada daerah ini.
2. Warna Koi
Warna koi yang dianggap bagus adalah yang benar-benar cemerlang. Artinya Jika dalam seekor koi terdapat warna putih, maka putihnya harus benar-benar putih tanpa ada gradasi kehitam-hitaman. Demikian pula Jika pada koi terdapat warna merah, maka merahnya harus mencolok, tidak boleh kemerah-merahan. Hitam pun demikian. Inilah yang sering dipakai untuk membedakan antara koi lokal dengan harga lokalnya dibandingkan koi impor dengan harganya yang selangit. Koi lokal umumnya warnanya belum sempurna benar, lain dengan koi impor yang sudah tidak diragukan lagi.
Selain gradasi warna, bercak atau titik yang tidak "layak" tidak boleh ada. Misalnya saja pada bagian badan yang berwarna putih bersih tidak boleh ada setitik pun warna merah atau warna hitam. Masing-masing warna harus terpisah secara nyata, dan masing-masing mempunyai hidang yang berbeda. Antara warna merah, putih, hitam, dan warna lain harus terpisah dan tidak boleh bercam-pur. Bintik putih pun tidak boleh hadir pada bidang yang berwarna merah ataupun hitam. Jika kita temukan koi yang tubuhnya diselimuti selaput putih, itu merupakan pertanda bahwa koi sedang ke-dinginan.
3. Bentuk Badan Koi
Bentuk badannya bisa dilihat saat koi berenang, karena bentuk badan yang sempurna akan berpengaruh langsung pada gaya berenangnya. Demikian pula Sebaliknya. Walaupun seekor koi mempunyai corak warna yang sangat indah dan montok, tapi Jika sirip-nya tidak lengkap, koi tersebut dinilai jelek. Walaupun tidak mutlak, Sebaiknya kedua sisi badannya simetris. Dan harus diingat, seekor induk betina yang sedang "mengandung" perutnya lebih buncit. Ini Jangan disalahartikan bahwa ikan koi tersebut perutnya tidak normal. Harus diingat pula, ada dua bentuk badan yang abnormal yaitu: cacat dan kurang makan. Jika seekor koi tak bersirip atau mata-nya hilang sebelah, jelas koi tersebut cacat dan Jangan sekali-kali dipilih kendati dijual murah. Namun Jika ada koi berperut buncit di salah satu sisi badannya, atau ada sebuah rongga kecil pada kepalanya, kalau kita berminat koi seperti itu boleh diambil, dengan harga miring tentu!
Secara rinci, bentuk badan yang harus diperhatikan adalah seperti berikut:
1. Garis punggung lurus dan punggung melengkung wajar
Jika kita perhatikan dari atas, garis punggung koi harus terlihat lurus dan ketika mereka bergerak meliuk punggungnya melengkung dengan wajar. Jika dilihat dari samping, maka garis sebelah atas badannya dan bawah badannya membentuk lengkung yang wajar. Artinya, sebelah atas badannya tidak boleh terlalu melengkung, tapi sebelah bawah juga Jangan sampai membentuk garis lurus. Koi yang ketika berenang membentuk lengkungan yang tajam pada badannya sendiri tidak pantas untuk dipilih.
2. Sirip tumbuh sempurna dan cantik
Sirip yang cantik dan besarnya sesuai dengan badannya, menjadikan koi tampak cantik. Yang paling penting di antara semua sirip adalah sirip dada. Sirip ini tidak boleh cacat karena penyakit atau cacat bawaan. Beberapa koi yang karena keku-rangan makan biasanya mempunyai sirip yang kerdil (kecil). Sirip ekor dan sirip punggung koi sering ditemu-kan cacat. Begitu pula halnya dengan sirip perut atau sirip anal. Usahakan memilih koi yang mempunyai bentuk sirip sempurna.
3. Kepala berbentuk sempurna
Beberapa wajah koi enak dilihat, tapi beberapa lagi tidak. Ada koi yang mempunyai hidung bersan-dar ke depan, dan sebagian lagi ada yang mancung. Bentuk hidung koi ini, kendati berbeda, keduanya dianggap kurang bagus. Yang bagus adalah koi dengan bentuk hidung yang wajar, tidak terlalu menonjol, tapi juga tidak tenggelam dalam timbun-an daging. Cacat rahang paling menentukan. Boleh jadi cacat ini disebabkan oleh penyakit gill root (akar insang) yang menyerang koi ketika masih kecil. Cacat yang disebabkannya sangat besar pengaruhnya terhadap penilaian koi. Kepala koi menjadi besar dan lebar, dan sangat tidak enak dipandang. Penyakit ini memang mempengaruhi bentuk mulut dan insang. Antara mata, mulut, dan rahang harus sama bagusnya dan membentuk suatu bangunan yang serasi dan sempurna.
4. Perbandingannya serasi
Perbandingan antara panjang, lebar, dan tinggi merupakan kunci bagus tidaknya koi. Yang dimak-sudkan di sini adalah angka paling besar antara perbandingan panjang badan dan tinggi adalah satu. Itu yang paling bagus. Namun pada umumnya angka rasio ini berkisar antara 1-2,6 hingga 1-3,0 dan biasanya angka ini sudah cukup memadai.
Pemijahan
Kawin Suntik
Pertama yang kita lakukan adalah mencermati induk betina yang akan kita pijahkan,apakah sudah siap untuk dikawinkan ? Induk betina harus sudah matang gonat dan akan terasa empuk bila kita pegang perutnya . Sedangkan pejantannya harus yang sudah cukup umur min 2 tahun dan yang tidak kalah pentingnya,pejantan harus bagus segala-galanya baik anatomi,patern,warna dll . brbrInduk betina dan pejantan masing-masing kita timbang dulu untuk mengetahui berat masing-masing guna menentukan dosis Ovaprim obat suntik perangsang untuk kawin 1 kg 0.25 ml 1 kali suntik. Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan 2 kali , punggung atau pangkal sirip dada ,suntikan ke II dilakukan setelah selang waktu 6 jam dari penyuntikan pertama . Indukan jantan bisa disuntik 2 kali atau bisa juga 1 kali suntik saja dan waktunya bersamaan dengan penyuntikan induk betina pada kali ke II,dengan demikian 6 jam berikutnya 6 jam setelah penyuntikan ke II ikan diharapkan sudah mulai terangsang untuk kawin . Dengan cara penyuntikan seperti ini,ikan selalu kawin tepat waktu 6 jam setelah penyuntikan ke II sehingga kita bisa atur kapan saja kita mau,asalkan pada waktu proses perkawinan matahari sudah terbenam atau hari sudah gelap . selanjutnya terserah kepada anda,pemijahan dilakukan secara tradisional atau stripping .
Bagaimana dengan stripping ? Jelas lebih aman dan safe, keberhasilan penetasan bisa mencapai angka super maksimal dan lagi kita bisa dengan sesuka hati menentukan sperma pejantan yang hendak kita pakai untuk pembuahan . Bagaimanacaranya untuk melakukan stripping ? Bilamana proses perkawinan sudah mulai dan induk betina sudah mulai mengeluarkan sebagian kecil telurnya,induk pejantan yang kita kehendaki untuk diambil spermanya juga sudah melakukan pengejaran dan kawin,maka saat itu pulalah induk betina kita angkat dengan kantong plastik tidak boleh kita angkat pada perutnya untuk menghindari telur keluar karena tekanan,kemudian kita bius minyak cengkeh setelah benar-benar tidur barulah kita lakukan stripping untuk mengeluarkan telurnya. Demikian juga halnya dengan pejantan yang hendak kita ambil spermanya,setelah kita lakukan pembiusan barulah kita stripping untuk mengeluarkan spermanya dan dicampur dengan NACL 2 larutan infus agar sperma tidak aktif agar memudahkan proses pengadukan telur dengan sperma sehingga bisa merata dan kita mempunyai cukup banyak waktu untuk itu juga untuk penebaran telur ke kolam penetasan. untuk lebih jelas Kawin Suntik disini
2. Seleksi Benih
Kegiatan yang paling sulit dari rangkaian kegiat-an pemijahan adalah penyeleksian benih. Seleksi yang sembrono atau ceroboh akan mengakibatkan kita rugi, karena biaya makan yang banyak dan tenaga ekstra yang telah banyak tercurahkan hanya menghasilkan koi yang rendah mutunya.
Dewasa ini ada anggapan bahwa orang yang me-mijahkan koi selalu berharap menghasilkan koi yang bagus kualitasnya. Anggapan ini keliru sama sekali, sebab tidak sedikit dari mereka yang sudah ber-pengalaman mendapatkan benih koi yang keseluruh-annya jelek. Umumnya di antara mereka tidak mem-produksi secara masal, sebab produksi masal susah diurut asal-usulnya. Asal-usul ini sangat perlu, ter-utama Jika akan mengawinkan koi dengan induknya. Dengan pemijahan berpasangan, induk akan mudah dicari sebab induk hanya seekor betina dan dua atau tiga ekor jantan yang gampang diingatnya. Mempro-duksi koi secara masal hanya akan menambah pekerjaan, karena seekor koi mampu menghasilkan anak hingga puluhan ribu ekor.
Kepadatan benih yang sangat tinggi cenderung membuat benih bersaing tempat dan makanan. Koi yang buruk dapat merusak koi yang mutunya bagus. Oleh karenanya perlu diadakan penyeleksian yang ketat. Penyeleksian dilakukan ketika benih berumur 1 hingga 3 bulan, dan benih dipisahkan menurut besar dan jenisnya. Ada beberapa ekor koi yang umumnya tumbuh kelewat bongsor, sedangkan se-bagian lagi sangat lambat. Penyeleksian ini juga akan membantu koi yang pertumbuhannya lambat bisa tumbuh normal kembali.
Selama 1-3 bulan penyeleksian dilakukan seba-nyak 3 atau 4 kali. Seleksi yang pertama, dilakukan sekitar 2 minggu setelah menetas bagi Showa, 50 hari setelah menetas untuk Ogon, 60 hari untuk Kohaku dan Taisho-sanke. Benih yang cacat ditan-dai dengan warna merah, putih, atau hitam saja. Biasanya dari jumlah benih yang menetas, sisanya yang bagus tinggal 10—20%.
Seleksi kedua dilakukan untuk menentukan pola warna dan kualitas secara keseluruhan. Setelah selesai seleksi akan makin sedikit benih yang masih tersisa, tapi yang jelas akan semakin ringan pekerjaan yarig hams kita lakukan. Seleksi benih memang susah, dan hanya bisa dilakukan dengan benar dan serius oleh mereka yang sudah dekat dengan koi. Dan penglihatan yang tajam tetap diperlukan untuk mendapatkan benih-benih yang bagus kualitasnya. Secara umum benih-benih yang lolos seleksi akan memiliki ciri-ciri se-bagai berikut :
- Badan dan siripnya normal, tidak cacat.
- Warna badannya sudah nampak menonjol, se-suai dengan varietasnya.
- Warna putih, merah, hitam atau kuning nampak jernih tidak tercampur dengan warna lain.
- Warna badannya sudah nampak menonjol, se-suai dengan varietasnya.
- Warna putih, merah, hitam atau kuning nampak jernih tidak tercampur dengan warna lain.
3. Perawatan Benih
Benih-benih yang sudah berenang bebas harus dipindahkan ke kolam yang seminggu sebelum pelaksanaan pemijahan sudah dipersiapkan. Untuk menumbuhkan makanan alami bisa ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut. Kolam dikeringkan hingga dua hari di bawah terik matahari dan disemprot dengan pestisida agar binatang yang tidak dikehendaki mati. Pestisida yang dipakai Diphterex atau Nogos dengan dosis 0,5 - 1,0 ppm. Kemudian untuk menyediakan makanan bagi binatang renik, kita perlu memupuknya dengan kotoran ayam dan jerami. Supaya tidak berantakan, jerami ini ditindih dengan batu dan di-letakkan di sudut-sudut kolam. Banyaknya kotoran ayam kurang lebih Vh kg/m2. Pintu pemasukan hams diberi saringan.
Dalam beberapa hal, air yang terkena jerami akan berubah warna menjadi merah kecokelatan. Namun, dalam beberapa hari kemudian akan jernih kembali. Jika pemberian kotoran ayam dan jerami tepat, maka dalam beberapa hari kemudian akan tumbuh infusoria dan fitoplankton. Pemberian yang terlalu banyak, biasanya akan memperlambat tum-buhnya, tapi lama juga habisnya. Sebaliknya Jika pupuk yang kita tabur terlalu sedikit, makanan alami ini akan cepat tumbuhnya dan cepat juga hilangnya. Setelah kurang lebih sepuluh hari daph-nia akan tumbuh Benih-benih koi sudah waktunya dimasukkan di dalam kolam ini.
Jika kita tidak bisa menumbuhkan makanan alami ini, terpaksalah kita memberi makan benih koi dengan makanan buatan seperti kuning telur yang direbus, tepung udang, susu bubuk untuk anak sapi, dan makanan tepung khusus untuk koi. Sangat penting untuk menjaga agar air tidak busuk oleh makanan buatan (tambahan) ini. Caranya dengan memasukkan air baru agar sisa makanan hanyut.
4. Penetasan Telur
Untuk bisa menetas dengan baik, telur harus selalu terendam dalam air dan suhu air dijaga agar tetap konstan. Jika suhu terlalu dingin penetasan akan berlangsung lebih lama, sedangkan jika terlalu tinggi maka telur bisa mati dan membusuk. Supaya telur bisa terendam semua, rangkaian kakaban harus "ditenggelamkan" ke dalam kolam. Untuk itu kita bisa memakai ;asa gedebog pisang. Potong tiga buah gedebog pisang sepanjang 40 cm, lalu letakkan di atas rangkaian kakaban dengan dua ruas bambu sebagai alasnya. Supaya bisa stabil, gedebog tersebut diratakan pada salah satu sisinya.
Dalam tempo 2-3 hari biasanya telur sudah mulai menetas, dan paling lambat 2 hari kemudian, kakaban boleh diangkat dan dipindahkan ke tempat lain, karena semua telur sudah menetas. Kakaban harus digoyang-goyangkan dalam air dulu, agar tidak ada benih yang ikut terbawa. Kemudian kakaban dicuci bersih dan dijemur agar bisa dipakai lagi di lain kesempatan. Karena benih koi umur seminggu masih lembut, umumnya orang menetaskan telur koi dalam hapa yaitu kantung yang bermata lembut yang biasa untuk menampung benih. Di dalam hapa, benih akan lebih mudah dikumpulkan dan tidak mudah hanyut.
Koi yang baru menetas masih membawa kuning telur sebagai persediaan makanan utama yang pertama. Selama itu mereka belum membutuhkan makanan dari luar karena toh alat-alat pencernaannya belum terbentuk sempurna. Dalam dua atau tiga hari kemudian, mereka sudah mulai berenang. Pada saat ini sudah waktunya bagi kita untuk menyedia-kan makanan bagi benih. Benih ini harus dipindah-kan ke kolam lain yang banyak mengandung makanan alami.
5. Pelaksanaan Pemijahan
Induk dimasukkan sekitar jam 16.00 dan akan mulai memijah tengah malam. Induk betina akan berenang mengelilingi kolam dan diikuti induk jan-tan di belakangnya. Makin lama gerakan mereka makin seru, dan induk jantan akan mulai menempel-kan badannya ketika mengikuti induk betina. Pada puncaknya, induk betina akan mengeluarkan telur-nya dengan sesekali meloncat ke udara. Aktifitas betina ini segera diikuti dengan jantan mengeluarkan cairan sperma.
Telur-telur betina yang terkena sperma jantan akan menempel pada kakaban atau bahan penempel telur lainnya dan susah lepas. Sebaliknya ada sebagi-an telur yang jatuh ke dasar kolam, dan ini harus kita selamatkan nanti. Perkawinan akan selesai pada pagi harinya, dan induk harus segera dipindahkan dan diberi makan. Jika kita terlambat memindahkan induk, telur bisa dimakan oleh induknya.
Ada dua cara untuk memisahkan induk dari telur yang dihasilkan. Pertama, dengan memindahkan induk dari kolam pemijahan dan tetap mem-biarkan telur menetas di kolam pemijahan. Cara kedua dengan memindahkan telur ke kolam penetas-an. Cara pertama rupanya lebih praktis karena lebih menghemat lahan (kolam).
Untuk mencegah supaya tidak terserang jamur, telur-telur harus direndam dalam larutan Malachyt-green dengan konsentrasi 1/300.000 selama 15 menit. Ketika hendak merendam telur-telur ini, Sebaiknya kakaban digoyang-goyangkan pada air agar lumpur atau kotoran yang mungkin menutupi telur bisa bersih.
6. Persiapan Pemijahan
Pertama kali yang harus disiapkan untuk pemijahan adalah kolam. Kolam dikeringkan di bawah terik matahari. Pintu pemasukan dipasang saringan untuk mencegah masuknya ikan seribu atau hama air lainnya yang tidak diharapkan. Pada pintu pem-buangan hendaknya juga dipasang saringan untuk mencegah telur yang mungkin hanyut.
Telur koi menempel (adesif) sifatnya, dan biasanya koi akan bertelur di bawah tanaman atau bahan apa saja yang bisa dipakai untuk menempelkan telurnya. Oleh karena itu sediakan penempel telur yang memadai agar telur koi bisa selamat. Penempel telur yang dipakai bisa kakaban seperti yang sering dipakai untuk memijahkan ikan mas. Kakaban di-buat dari ijuk yang dijepit dengan bilah bambu yang dipaku. Kakaban yang baik terbuat dari ijuk yang panjang dan rata dengan ukuran kakaban 40 cm lebar dan 120 cm panjang. Banyaknya kakaban yang diperlukan disesuaikan dengan besar induk betina, biasanya 4 - 6 buah untuk setiap 1 kg induk betina. Namun sesuaikan juga dengan luas kolam. Jika kolam terlalu sempit, Jangan dipaksakan untuk menampung kakaban ini, karena malah akan meng-ganggu gerak koi nantinya.
Agar bisa mengapung, kakaban tersebut disusun di atas sepotong bambu yang masih utuh. Di atas kakaban diberi bilah bambu dan diikat agar kumpul-an kakaban ini tidak bercerai-berai ketika pasangan induk memijah. Sebelum dipasang kakaban ini harus dibersihkan, dicuci, dan dibilas agar terbebas dari lumpur.
Kakaban dipasang setelah kolam diisi air. Air harus selalu mengalir ke kolam pemijahan untuk me-rangsang pasangan koi yang hendak memijah. Selain kakaban bisa juga dipakai tanaman air seperti Hydrilla yang disusun atau potongan tali rafia se-bagai pengganti ijuk. Kolam pemijahan tidak bisa dan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri. Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempur-na. Luas kolam pemijahan bisa bervariasi, mulai dari 3-6 m2 dengan kedalaman kolam 0,5 m. Lokasi kolam harus cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, jika mungkin terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang piaraan lainnya.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan tempat perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Bila kolam bulat, usahakan diameternya antara 1,5—2 m. Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk me-numbuhkan makanan alami yang dipakai untuk mensuplai makanan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6—10 m2, cukup memadai.
Bagi mereka yang mempunyai uang cukup, bisa melapisi kolam-kolamnya dengan bahan vinil, yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan bahan ini, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen atau bahan lain bisa dihilangkan. Jika bahan ini di-anggap terlalu mahal, cukup disediakan kolam semen yang sudah lama.
Bagaimana kalau tidak bisa disediakan ketiga kolam tersebut? Jika kita tetap nekat ingin memi-jahkan memang masih tersedia jalan. Jalan lain yang mengandung risiko terlalu berat harus ditempuh, jika kita hanya mempunyai kolam pemijahan. Tentunya dengan mengambil langkah-langkah jitu agar kolam tersebut bisa dipakai untuk berbagai keperlu-an.
7. Seleksi Induk
Syarat utama induk yang harus dipenuhi ada-lah induk sudah matang kelamin dan matang tubuh, Matang kelamin artinya induk jantan sudah meng-hasilkan sperma dan induk betina sudah menghasil-kan telur yang matang. Matang tubuh artinya, secara fisik mereka sudah siap untuk menjadi induk-induk produktif. Bisa saja induk-induk tersebut sudah menghasilkan telur atau sperma, tetapi kalau- fisik-nya "payah" atau tidak meyakinkan Sebaiknya kita pilih yang lain.
Syarat lain tentu fisiknya harus prima, artinya lengkap dan tidak cacat. Sirip-siripnya masih leng-kap, demikian juga sisiknya. Gerakannya masih anggun dan seimbang serta tidak loyo. Umur induk minimal 2 tahun pada jantan, dan 3 tahun pada betina. Betina terlihat lebih besar dibandingkan dengan jantan, perutnya terlihat lebih besar dibandingkan punggungnya, dan ini gampang dilihat dari atas. Jantan Sebaliknya, lebih langsing dan perutnya rata jika dilihat dari punggung. Pada masanya kawin, konon pada sirip dada induk jantan akan muncul bintik-bintik berwarna putih.
Pilihlah seekor induk betina dengan 2 atau 3 induk jantan. Perbandingan yang sepintas dianggaptidak seimbang ini justru untuk menyeimbangkan kemampuan induk betina menghasilkan telur dengan jantan yang mengeluarkan sperma. Jika seekor betina hanya diberi pasangan seekor jantan, banyak telur yang tidak bisa dibuahi sperma. Selain dari itu, Jika hanya satu jantan yang dimasukkan ke kolam pemijahan dan tanpa disangka pejantan ini ngadat, maka gagallah pemijahan kita. Sebaliknya dengan menyediakan stok jantan yang cukup, hal ini bisa dihindari.
Disarankan untuk tidak menggunakan stok induk yang paling bagus, karena dengan mengawin-kan koi yang bagus biasanya koi tersebut akan men-jadi buruk/jelek. Anak keturunannya pun belum tentu sebagus induknya. Yang dikehendaki adalah koi yang biasa-biasa saja, artinya masih memiliki sifat-sifat unggul, seperti warnanya pekat, kendati polanya tidak prima. Pada saat seleksi benih, kita bisa memilih mana yang bagus dan mana yang perlu diafkir.
8 Persiapan Kolam
Kolam pemijahan tidak bisa dan tidak mungkin menjadi satu dengan kolam taman. Kolam pemijahan harus mempunyai pintu pemasukan dan pintu pengeluaran air tersendiri. Selain itu, seluruh kolam harus diplester dan bisa dikeringkan dengan sempur-na. Luas kolam pemijahan bisa bervariasi, mulai dari 3-6 m2 dengan kedalaman kolam 0,5 m. Lokasi kolam harus cukup mendapatkan sinar matahari, tidak terlalu ribut, jika mungkin terlindung dari jangkauan anak-anak dan binatang piaraan lainnya.
Jika mungkin, sediakan juga kolam penetasan telur dan tempat perawatan benih. Kolam penetasan, bentuknya bisa persegi panjang atau bulat. Bila kolam bulat, usahakan diameternya antara 1,5—2 m. Satu kolam lagi jika ada, yaitu kolam untuk me-numbuhkan makanan alami yang dipakai untuk mensuplai makanan benih jika kuning telurnya telah habis. Kedalaman kolam sekitar 30 cm. Luas kolam antara 6—10 m2, cukup memadai.
Bagi mereka yang mempunyai uang cukup, bisa melapisi kolam-kolamnya dengan bahan vinil, yaitu bahan yang biasa untuk membuat bak fiberglass. Dengan lapisan bahan ini, kolam-kolam tersebut lebih terjamin kebersihannya dan efek dari semen atau bahan lain bisa dihilangkan. Jika bahan ini di-anggap terlalu mahal, cukup disediakan kolam semen yang sudah lama.
Bagaimana kalau tidak bisa disediakan ketiga kolam tersebut? Jika kita tetap nekat ingin memi-jahkan memang masih tersedia jalan. Jalan lain yang mengandung risiko terlalu berat harus ditempuh, jika kita hanya mempunyai kolam pemijahan. Tentunya dengan mengambil langkah-langkah jitu agar kolam tersebut bisa dipakai untuk berbagai keperlu-an.
3. Sistem Filtrasi
Filter Atas (Top Filter)
Awalnya ide ini timbul saat saya berencana membuat Akuarium sebagai media pemisah/sekat ruangan. Ada beberapa opsi yang timbul dalam benak saya mengenai desain peletakan filter yang umum untuk mendapatkan nilai artistik yang saya butuhkan, tetapi desain tersebut tidak cukup ringkas dan memiliki kekurangan seperti keterbatasan beberapa posisi sudut pandang dan filter dengan letak media yang kurang sesuai. Akhirnya saya mencoba untuk membuat desain Akuarium sesuai dengan keinginan, kemudahan dalam perawatan tanpa melupakan aspek aspek dasar prinsip filter secara mekanik, biologi, maupun kimiawi.
Prinsip dasar dari arah aliran air yang dibelok belokkan keatas dan kebawah adalah “memaksa” air kotor dari akuarium untuk menembus/melewati media filter agar mendapatkan nilai efektifitas yang ingin dicapai. Pemasangan Filter atas sebaiknya tidak permanen di lekatkan ke aquarium, agar memudahkan dalam mengangkat dan membersihkan kompartemen filter tanpa harus menurunkan aquariumnya
Urutan pemasangan media filter
Kompartemen pertama media filter kapas kasar berguna untuk menjebak/menangkap partikel kasar yg berasal dari air aquarium. Pada daerah yg berwarna kuning dimaksudkan adalah pemasangan kaca mika yg telah dilubangi
Kompartemen kedua media bioball
Bioball sebagai media bakteri untuk tumbuh. Lendir yg melekat pada bioball merupakan nitrobacter yg tumbuh yang berguna untuk meningkatkan kualitas air Bioball dibuat untuk filter wet and dry oleh penciptanya, dibuat ringan dan terapung di air dan digunakan dalam jumlah banyak.
Kompartemen ketiga media Zeolite
berguna untuk menangkap bahan terlarut, seperti: gas, bahan organik terlarut, dan sejenisnya. kompartemen ini adalah kompartemen terpanjang untuk mendapatkan air yg melewati media zeolit memiliki rentang waktu yang cukup. Besaran ukuran (size) dari zeolit yg dipakai sebaiknya adalah dalam bentuk butiran kecil. Semakin kecil butiran akan semakin luas luas permukaan sehingga akan semakin luas bidang kontak antara air dan zeolit, efektifitas tercapai
Kompartemen keempat media karbon aktif
prinsip kerjanya sama dengan zeolit yaitu berguna untuk menangkap bahan terlarut, seperti: gas, bahan organik terlarut, dan sejenisnya. Demikian pula ukuran dari karbon aktif (KA) tsb gunakan butiran butiran terkecil saja. Saya membeli KA dari toko bahan kimia dgn berbagai ukuran saya memilih yang terkecil (relatif mahal) kemudian dibuat bahan penampung KA dalam kain hitam Kompartemen kelima media filter kapas halus Filter kapas halus adalah media filter air terakhir sebelum kembali ke aquarium
Wet And Dry (Tetes)
Filter Wet and Dry atau Filter Tetes (Trickle Filter) boleh dikatakan merupakan salah satu ujud improvisasi dari filter biologi "konvensional". Dalam filter biologi "konvensional", media filternya berada dalam kondisi terendam air. Sedangkan dalam filter tetes, sebagian dari media filter tersebut sengaja di ekspos ke udara terbuka, sehingga menciptakan bagian filter dalam kondisi "kering" (dry).
"Penciptaan" suasana "kering" ini dimaksudkan untuk menambah efektifitas kinerja bakteri pengurai amonia. Dalam suasana demikian, kontak bakteri dengan oksigen akan semakin baik. Disamping itu konidis ini pun akan meciptakan terjadinya lapisan tipis air
yang akan menyelimuti media filter, akibatnya kontak antara air dengan bakteri menjadi lebih baik pula,s ehingga air akan dapat diproses secara biologis dengan lebih baik pula.Gambar 1, menunjukkan diagram kasar sebuah filter tetes. Filter ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian yang terdapat di atas air (kering) dan bagian yang berada di dalam air. Diatas media kering terdapat sebuah "sprayer" yang akan memecah air menjadi butiran-butiran air (tetesan). Tetesan ini hendaknya terbagi merata pada seluruh permukaan media. Air selanjutnya akan menjalar pada media secara gravitasi, mengalami proses secara biologis, kemudian jatuh ke bagian filtrasi basah. Pada bagian basah ini bakteri-bakteri yang hidup dengan kadar oksigen lebih rendah akan mengambil alih pekerjaan bakteri-bakteri sebelumnya. Air kemudian masuk kedalam ruang pompa dan dikembalikan ke akuarium.
Media dalam bagian kering dapat digunakan media filter biologi pada umumnya. Meskipun demikian bioball dapat berfungsi dengan baik, karena bahan ini memang dibuat untuk jenis filter ini. Media pada bagian basah adalah juga media filter biologi biasa. Beberapa hobiis ada yang membiarkan bagian ini kosong tanpa media apapun, meskipun demikian cobalah lakukan test dengan membandingkan hasil dengan dan tanpa media filter dibagian basah ini.
Spayer dapat saja dibuat dengan melubangi suatu lembar plastik atau bahan kaku anti karat lainnya dengan kepadatan tertentu sehingga tercipta sebaran lubang seragam diseluruh permukaan. Air yang masuk bagian ini, sebaiknya merupakan ari prefilter yang telah mengalami filtrasi mekanik sebelumnya. Dengan demikian, dapat mencegah terjadinya penyumbatan pada media filter biologi.
Dengan memahami prinsip kerja dari filter ini, anda bisa saja memodikasi sktesa tersebut diatas,
Category Article Budidaya, Ikan Hias Air Tawar, Jenis IKan
Entri Populer
-
Memperhatikan ikan dan hewan air di dalam akuarium merupakan keasyikan tersendiri. Untuk mendapatkan pengalaman yang mengasyikkan saat meman...
-
Nie,Cara-cara Budidaya Ikan Lele yang Benar gan-Budidaya lele di Indonesia harus dikembangkan dan dilestarikan. Banyak cara yang bisa kita l...
-
Derajat Keasaman Derajat keasaman (pH) yang baik untuk budidaya ikan adalah 5.5-9.0. Meskipun ikan masih dapat bertahan di luar kisaran ...
-
Filter merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyaring benda-benda tertentu yang tidak dikehendaki dan meloloskan benda lain yang dikeh...
-
Apakah air tanah (sumur bor) Anda kurang bersih dan memiliki kadar besi yang tinggi? Atau Anda memiliki masalah dengan air tanah (sumur bo...
-
Jenis-jenis Frontosa Frontosa terdiri dari beberapa jenis, diantaranya: Frontosa yang memiliki enam strip itu biasanya yang banyak di jual ...
-
Kura-kura Brazil / Trachemys Scripta Elegans Nama umum: Kura-kura Brazil, Red-Eared Slider atau Florida turtle. Penyebaran Kura-kura ini ...
Diberdayakan oleh Blogger.
Komentar
Search This Blog
Translate
Pengikut
Arsip Blog
-
▼
2012
(65)
-
▼
Juni
(43)
- Penanganan Penyakit Ikan Akibat Bakteri Streptococcus
- Pengobatan Bakteri Aeromonas Pada Ikan
- Pengobatan Penyakit Mikal Pada Ikan
- Cara Mengendalikan Parasit Lernaea / Cacing Jangka...
- Cara Mengendalikan Parasit Alitropus typus Pada Ikan
- Cara Pengendalian Argulus Pada Ikan
- Jenis-jenis Frontosa
- Kendala Memiliki Kolam dan Pemecahannya
- Penetral pH Air Sederhana untuk kolam hias
- Naga Laut Daun ( Leafy Sea Dragon )
- Astaxanthin, Mencerahkan Warna Ikan Hias
- Ikan Hias Frontosa
- Fakta unik Tentang Ikan Di Dunia
- viperfish (Ikan hidup terdalam)
- Peter’elephantnose Fish
- Ikan Terkecil di dunia
- Cara Memelihara Ikan Hias Air Tawar
- Penyakit Pada Ikan Diskus dan Penanggulangannya
- Frontosa si Jidat Nongnong nan Sexy
- Filter Sederhana
- KLASIFIKASI DISCUS
- PETA SEBARAN DISCUS
- Jenis - Jenis Discus
- Tips Memilih Ikan Discus
- Cara Budidaya Ikan Gurame dikolam Tanah
- Cara Budidaya Ikan Gurame dikolam Terpal
- Keunggulan Budidaya Ikan Kolam Terpal
- Membuat Kolam Terpal, Kolam Murah
- PENYAKIT IKAN LELE DAN CARA PENANGGULANGAN NYA
- Teknik Menyuntik Ikan Koi
- Budidaya Koi
- INI LAH PEDOMAN DAN TEKNIS BUDIDAYA IKAN (IKAN PATIN)
- Budidaya Ikan Nila
- CARA-CARA BUDIDAYA IKAN LELE YANG BENAR
- PERAWATAN IKAN SAPU2 (Pleco)
- TIPS ,MENJAGA KWALITAS AIR AQUARIUM
- BUDIDAYA IKAN OSCAR
- Pemijahan Arwana
- PENYAKIT IKAN AROWANA
- Asian Arowana
- Jenis - Jenis Ikan Arwana
- BUDIDAYA IKAN KOMET
- PERGANTIAN KULIT LOBSTER AIR TAWAR
-
▼
Juni
(43)
DESAIN AQUARIUM
- Aquarium (6)
- Filter Air (4)
- Kolam (4)
ARWANA
- ARWANA (6)
DISCUS
- discus (6)
LOBSTER
- Lobster (4)